Kamis, 20 Desember 2012

Melepas Rindu Kami

Merbabu 27-28 Oktober 2012

Meluncur  menuju kopeng dimana base camp tekelan berasa kami menyusuri dengan laju kendaraan yang sedang dan melewati jalan pintas Grabag-Salatiga melewati lembah dan berliku juga tanjakan yang lumayan tinggi di sekitar gunung telomoyo, pemandangan  dan hawa sejuk sore itu memikat hatiku, sawah mengguning dan bukit hijau menjulang di kiri kanan jalan aspal yang tidak begitu lebar , tetapi nyaman kami lalu ( sepi cuy kaga macet )
Tiba di pertigaan kopeng tepatnya indomaret umbul songo kami mengisi bahan logistic kami, tidak berlama2 karena kami sudah ditunggu oleh temen dari semarang mas chi black ( temennya andy dan franz ) yang sudah sadari tadi menunggu di base camp lebih dari dua jam dan menghabiskan satu bungkus rokok katanya ( banyak amat yah kalo disambung udah kayak gerbong kereta pertamina pasti )

Base camp Tekelan 1596 mdpl ( Pukul 15.30 )
Parkir dan permisi masuk ke rumah yang menurut temen-temen ku ini adalah second home nya, kami beristirahat sejenak dan ngobrol sama nyang empunya rumah sebelum kami meninggalkan base camp untuk memulai perjalanan.  Aku asyik tak beranjak dari rimbunan pohon terong belanda hingga akhirnya nyang empunya bilang “ silahkan petik yg mateng kalo mau “ dan tanpa basa-basi aku yang sudah dari tadi pengen metik langsung mematahkan satu tangkai dan ku kantongi hihi setahu ku ini hanya tumbuh di medan, ternyata disinipun tumbuh subur.

Tepat pukul 15.30  kami tidak membuang waktu kami segera pamit dan  memulai perjalanan kami,  kami menghabiskan jalur batu dan masuk ke ladang, tak begitu berat medan ini kami lalui dengan hihahihi dan sesekali berhenti ( banyak berhentinya ding dari pada jalannya ) hingga kami tiba di dufan ( kata temen-temen ini dufan adalah tempat paling asyik buat istirahat ) ya memang dataran yang agak landai dan pohon2 akasia khas merbabu yang rimbun hawanya sejuk kalo di lihat dari jenis tanaman yang tumbuh di area ini masuk dalam kategori hutan heterogen. Sejenak kami beristirahat sebelum kami lanjut ke pos pending yang berjarak 1,2 km dari base camp dengan waktu tempuh 1 jam.

Pos Pending- Pos I Gumuk
nama pos nya lucu-lucu seperti halnya kita yang mendaki ini , Pos Pending berada di ketinggian 1800 mdpl. Terdapat sumber  air di sisi kiri lintasan. Selepas pos pending, hutan heterogen tetap mendominasi jalur ini lumayan masih sejuk dan belum begitu terjal . Ditengah perjalanan kami  menemui sungai kecil yang bernama sungai Kethekan untuk menambah bekal air ( tapi ketika kami melewati sungai itu kering airnya belum dateng lagi ) , sungai ini tepat berada sebelum menyisir dan menyebrang punggungan untuk melanjutkan ke kereng putih yang berada di ketinggian 2200mdpl  dan melipir jurang yang cukup berbahaya dan butuh konsentrasi  agar tidak terperosok karena jalur pada saat kami mendaki ada yang longsor dan licin .
Malam itu menjelang isya kami tiba di kereng putih, kami beristirahat dan ngopi sambil nyantai, hingga akhirnya kami bertemu rombongan mermounc junior yang jumlahnya belasan, dan ada dua diantaranya putra putri om sugeng. ( tisar dan linggar ). Kawasan kereng putih ini ada shelter / gubug yang bisa di pakai untuk istirahat yang berada di tepi jalur, cukup lebar dan bisa mendirikan tenda jika keadaan darurat, tetapi karena posisinya di jalur terbuka dan udah bisa dipastikan angin lembah bisa masuk tenda sriwing-sriwing pasti ngga bisa tidur pules ( kecuali yang tidur kebo kayak frans *eh )

Setelah lama kami beristirahat kami melanjutkan menuju Pos I Gumuk berada pada ketinggian 2260 mdpl, yang merupakan tanah datar di depan jalur yang cukup luas cukup untuk mendirikan 5  atau 6 tenda dan dari kereng putih ini tak begitu jauh hanya sedikit lebih terjal dengan jalur tanah yang mudah longsor . kami beristirahat cukup lama lebih dari 30 menit, mas ciblek ,andy dan franz menghabiskan entah berapa panjang rokok yg mereka isap, dan akupun menghabiskan satu botol pocari hehehe, nimbun minuman sepertu onta sambil cerita ular cobra dan ngomongin temen yang lucu dan grag greg ( istilah yang baru ku dengar dan ingat sampai sekarang )

Pos 1 Gumuk-Pos II Lempong
Sedikit gerimis malam itu, kami melanjutkan perjalanan menuju pos II yang hanya berjarak 785 m ( kira-kira loh ) dibutuhkan waktu selama 1 jam normalnya (tetapi tidak buat kami karena kami banyak istirahatnya dan banyak ceritanya kadang ketawa cekikikan dan berhenti lama ) , suatu pertanda bahwa medan mulai menanjak. Seluruh lintasan ini masih dalam kawasan hutan heterogen.kamipun berjalan, dan aku berada di urutan paling belakang karena tidak bawa senter hehehe beruntungnya malam itu terang bulan jadi jalur tetap terlihat meskipun sayu.masih membahas cerita dahulu mereka evakuasi korban meninggal thn 1997 ( bah ini mah bikin gue parno, karena ternyata ada yg pake baju flanel sama sepeti aku tapi .... auah ) , ngeri juga dengernya tapi banyak lucunya jadi kamipun tertawa terkekeh2 sambil berlalu.

Pos II Lempong Sampan -Pos III Watu Gubug
malam itu kami terus berjalan hingga kami tiba di Pos II (Lempong Sampan)  yang berada di punggungan dengan ketinggian 2450 mdpl. Untuk menuju pos Watu Gubug yang hanya berjarak 724 m diperlukan waktu tempuh selama 1 jam, dengan medan yang tetap menanjak dan vegetasi yang mulai terbuka. Di pos ini kami berisitirahat sejenak dan nampak ada dua tenda berjajar sedang memasak, kami melewatinya dan berisitirahat di sekitar pos ini sebelum kami melanjutkan menerobos kayu-kayu meranggas di depan, tampak bulan bersinar terang dan dihiasai lingkaran seperti halnya planet Jupiter , dan menurut simbah saia dulu katanya para pejabat sedang kisruh kalo bulan di lingkari, dan celoteh ku di ketawain mas cilblek dkk ….( grag greg kabeh wes )
Dari pos ini sudah nampak di kejauhan hijau tua bukit di depan, kalo ga salah itu pos pemancar disana, dan kamipun bergegas meninggalkan camp luas ini.
Dari sini medan sudah terbuka tentu menjadi tempat yang paling ngga nyaman buat jalan karena angin bebas menerpa tubuh kami seenaknya  yang ramping-ramping ini tanpa tawar menawar  dan mampak jelas batas punggungan dan jalur cuntel di sebelah kanan, dan memang terdengar teriak2an pendaki yang camp disana, begitu dekat hanya selisih satu punggungan jika di lihat tapi entah kalo di sebrangi karena yang kulihat tebing itu curam untuk  nyedel pindah jalur. Dan hingga akhirnya kami tiba di pos dimana temen2 ini meninggalkan potongan dari bagian tubuhnya ( sampe mumet mecahin teka teki ini, bagian mana yang di tanam, hingga esok harinya baru terjawab )

Pukul 11.30 kalo ga salah, serba ngga pasti karena aku biasanya mencatat detail waktu perjalanan dan seluk beluk yang kami temui, tapi karena kami berjalan just fan dan semau kaki ya sudah kami tidak mentargetkan perjalanan ini ,  kami kelaparan dan bongkar caril kami makan seadanya dan yang terpenting ngopi, dan masih bercerita yang nyaris sepanjang perjalanan cekikikan meskipun kami bukan pelawak ,  sebelum kami menuju pos pemancar yang terlihat dari sini begitu jauh dan terjal ( ini efek ngantuk dan capek sih sebenernya ga sampai satu jam untuk tiba di pos pemancar )


Pos III Watu gubug -Pos IV Watu Tulis ( Pemancar )
Watu Gubug merupakan dataran yang berada pada ketinggian 2610 mdpl dan kondusif untuk mendirikan tenda. Didaerah ini terdapat sebuah batu besar dengan lubang pada bagian tengahnya yang berdiameter sebesar mulut goa, dimana dapat dimasuki hingga 5 orang. Dan hawanya terasa sangat dingin karena memang berbatasan langsung dengan punggungan yang menuju puncak syarif yang nampak menjulang hitam kebiruan saat kami lihat dari kegelapan malam waktu itu. Kami masih berseloroh dan rasanya enggan meninggal kan pos ini karena sekali lagi pos ini mempunyai makna yang mendalam buat ketiga sahabatku ini, dan akupun ikut larut dalam harmonisasi nya.

Aku mulai kedinginan karena kami beristirahat cukup lama dan akupun membongkar  caril, aku mengambil jaket dan mengenakannya, beeehuh ….wind stopper yes ..aku pun terhindar dari semilir angin yang megobrak abrik pertahanan lemak ku yang memang ngga tebal, hingga akhirnnya kami packing  dan melanjutkan perjalanan ke pos pemancar.

Selepas watu gubug jalur semakin terjal, nyaris tiada yang datar dan berdebu pada musim kemarau dan malam itupun aku harus menutup hidung. Namun sepanjang jalur  yang terbuka ini pemandangan sangat indah, dimana terdapat padang ilalang yang luas dengan berbagai tumbuhan dan juga Adelweyss yang menyebarkan aroma khasnya dan gemerlap bintang dan sinar bulan di malam itu seakan menjadi hiburan perjalanan kami. Untuk sampai di pos Watu Tulis dibutuhkan waktu 45 menit tetapi sekali lagi tidak bagi kami, kami berjalan sesuai keinginan kaki , dan lebih baik berasyik ngobrol di jalur sesekali meneguk air minum.

Pos IV Watu Tulis   ( Home Sweet home )
Akhirnya setelah perjuangan panjang melawan dingin dan kepulan debu  kami tiba di tempat dimana kebanyakan orang menyebut nya pos pemancar / Pos Watu Tulis yang  berada di ketinggian 2896 mdpl. Lokasi yang sangat indah ini terdapat stasiun pemancar milik TNI AD. Pada musim penghujan terdapat mata air musiman di sisi kiri pemancar. Untuk menuju pos Helipad yang berjarak 630 m dibutuhkan waktu tempuh 30 menit. Keadaan lintasannya mendatar.

Di pos ini aku  janjian sama dwee yang sendirian dari surabaya melewati jalur cuntel, malam itu aku panggil-panggil  tidak ada  sahutan artinya dwee tidak camp di puncak ini, mungkin di pos dibawah sana yang terlihat banyak gerombolan tenda dan suara riuh bak pasar pindah.

Malam itu kami medirikan tenda dan mengatur posisi supaya kami ber4 bisa tidur dan beristirahat , dan tak seberapa lama tenda dengan segala aksesorisnya sudah terpasang sempurnya dan siap dijadikan tempat kami beristirahat.


Pos pemancar 05.30

Pagi itu kami bangun  dan membuka tenda, dan kami menikmati hawa sejuk dan mentari pagi yang merangkak naik diantara lautan awan putih yang luas dan cantik…. Sementara bentangan alam sekitar menyuguhkan pemandangan yang luar biasa, puncak syarif, puncak kenteng songo Nampak beridiri tegak serta pemandangan  merapi  sindoro sumbing, ungaran, telomoyo dan di kejauhan gunung slamet dan lawu.

Dan di pagi itu pertemuan dramatis antara kami dan dwee yang perlahan- lahan  senyum-senyum ragu mendekati camp kami , ini dia orang nya yang merampas kopiku , akhirnya kamipun  ngobrol sebelum dwee melanjutkan ke puncak sementara kami berfoto ria dan memilih kembali ke watu gubuk hanya sekedar ingin melepas rindu kami padanya ( tiduran di depan watu gubuk dan  ngopi )


Pos V Helipad - Puncak Kenteng songo ( kami tidak medaki  nya hanya sekedar informasi tambahan dari catatan ini )

Pagi itu kami hanya berdiri di area camp dan memandangi Pos V dimana pos ini  dipagari oleh tebing-tebih curam yang merupakan puncak-puncak Merbabu yang terpisah, seperti Puncak Kukusan (2968 mdpl), Puncak Prenggodalem (3119 mdpl), Puncak Kenteng Syarif, dan Puncak Kenteng Songo sendiri sebagai puncak tertinggi. Mata air akan ditemui 150 m arah kanan pos ini (menghadap puncak) tetapi sedikit mengandung belerang . Di samping mata air akan ditemui juga kawah mati yang bernama Condrodimuka. Disini kita harus benar-benar pandai dalam memilih antara air tawar dan air yang mengandung belerang.

Selepas Pos V akan dihadapkan pada rute terberat yang bernama Jembatan Setan ( Dulu gue mikir apa disini banyak setannya  tetapi setelah melewati pos ini akhirnya tau kenapa jalur ini di sebut jembatan setan ) . Lintasan ini berupa punggungan tipis dengan jurang menganga pada sisi kiri dan kanan lintasan, ditambah lagi hembusan angin yang cukup kencang di sepanjang lintasan yang panjangnya 627 m ini. Selepas Jembatan Setan, pendaki akan tiba di persimpangan. Arah ke kiri menuju Puncak Kenteng Syarif (3119 mdpl), yang hanya berjarak 180 m dengan waktu tempuh 10 menit. Pada Puncak Kenteng Syarif yang datar terdapat makam Mbah Syarif, tokoh masyarakat lereng Merbabu.

Jalur ke kanan/ lurus adalah menuju puncak Kenteng Songo yang berjarak 433 m. Perjalanan melalui jalur ini memakan waktu 45 menit, dengan medan yang menanjak dan sesekali menurun. Dari Puncak Kenteng Songo akan tampak, di sebelah barat Gunung Sumbing dan Sindoro, di sebelah timur Gunung Lawu dan Ungaran, dan di sebelah selatan adalah Gunung Merapi yang berdiri gagah.

Kembali ke alur awal, kami turun masih pagi dan menikmati hawa di watu gubung sampai kami puas ( berfoto, tertidur, ngopi hingga makan siang ) sebelum kami meninggalkan tempat ini untuk segera tiba di pos awal kami menitipkan  motor.

Kami turun dan sampai di pos pending dan bertemu om sugeng beserta keluarga, kami beristirahat sejenak mengobrol ( lagi ) sambil menghabiskan batang rokok yang kami bawa. Hingga akhirnya kami berpamitan dan meluncur ke base camp untuk persiapan pulang.

Kami meninggalkan base camp tepat pukul 15.30 setelah perjuangan panjang merayu ketiga sahabatku ini untuk segera beranjak dan mengantar kan ku hingga pool bis yang akan aku tumpangi.
Kami meninggalkan base camp dan berpisah di pertigaan selo, kami melaju dengan kecepatan tinggi menuju ke temanggung  bersama andi dan frans sementara mas chiblack kembali ke semarangdi lanjutkan aku kembali ke Jakarta.dan disinilah kami berpisah dan berakhir petulangan episode merbabu , teringat pengalaman dan cerita lucu2. Sampai jumpa lagi di lain kesempatan frend . :: finish ::




Tidak ada komentar:

Posting Komentar