Selasa, 12 Februari 2013

Menatap kembali ungaran lebih dekat

ujuan rempakem kali ini adalah gunung yang mempunyai track sedang dan akses mudah dari kota, ada sumbing dan sindoro yang dekat tapi kali ini tidak jatuh hati padanya, kami memilih gunung ungaran yang relative lebih bersahabat dengan tubuh2 kami yang abis penyesuain kembali bisa makan bebas setelah sebulan kami berbuasa ( ya bolong juga ding  tengok franz *ups )

Gunung ungaran adalah pilihan yang terbaik, gunung ini terletak di jawa tengah dengan koordinat 7°11S 110°20E / 7.18°LS 110.33°BT / -7.18; 110.33 dengan ketinggian 2.050 mdpl, cukup sedang untuk kami daki.Gunung Ungaran termasuk gunung berapi berapi tipe strato. Gunung ungaran  ini memiliki tiga puncak: Gendol, Botak, dan Ungaran. Puncak tertinggi adalah Ungaran.
Puncak ungaran

Dari puncak gunung ini, jika memandang ke utara akan terlihat laut jawa  sedangkan jika membalikkan badan, akan terlihat jajaran (dari kiri ke kanan) gunung merapi, gunung merbabu gunung telomoyo dan Kendalisodo dengan  rawa pening yang terkenal dari sebuah cerita rakyat baruklinting ( kata simbah saia dulu sering di dongengin waktu masih kecil ),  gunung sumbing, gunung sindoro dan gunung perahu .
Kami memulai perjalanan selepas magrib dari kota temanggung, dengan dua kendaraan dengan waktu tempuh tidak lebih dari dua jam untuk sampai di kaki gunung ini, dan dalam perjalanan aku tidak asing karena dulu aku sering sekali mengunjugi gunung ini ketika libur telah tiba hanya sekedar camping ceria bersama sahabat2 kecil ku ( sekarang entah pada mencar kemana-mana )
Kami memilih rute pramosan, akses ke gunung ini bisa dari dua jalur yaitu jalur gedong songo ( lebih terjal ) dan pramosan ( kebun teh ) karena jalur nya lebih mudah dan kami bisa menitipkan kendaraan kami di pos. konon Menurut  mitos masyarakat setempat, di lereng gunung di antara jajaran candi ini terdapat kawah berbau belerang yang merupakan makam dasamuka  Konon Dasamuka yang suka mabuk dikubur di kawah ini oleh hanoman . Hanoman sendiri kemudian berdiam di Gunung Telomoyo mengawasi Dasamuka jika sewaktu-waktu bangkit. Dasamuka bisa bangkit jika ia mencium bau minuman keras, hingga masyarakat setempat (dulu) tidak berani minum minuman keras di areal candi gedong songo .
Penampakan candi gedong songo
Malam itu aku harus menjaga keseimbangan ketika kendaraan kami meniti jalur berkelok dan menanjak , pegal sekali punggung ini rasanya sepeti mau jatuh dan caril yang bergelayut terasa berat ketika medan semakin menanjak ( ga ada turunnanya ) sesekali jalan datar dan sesaat kami bisa melihat bentangan kota semarang dengan kerlap kerlip lampu seperti hiasan dinding di kaki gunung telomoyo dan merbabu.
Tiba kami di tempat camp yang terkenal dengan nama camp mawar, yaitu sebuah tempat lapang di pintu rimba yang berada di ketinggian lebih dari 700mdpl, tempat ini favorite para penikmat alam untuk singgah dan mendirikan tenda karean lokasi ini persis menghadap ke kota semarang dan salatiga, dan di tempat ini pula terdapat sumber mata air, sehingga memudahkan kami untuk acara masak memasak.
Camp Mawar yang view nya keren bgt kalo malam
   
Malam itu kami mendirikan camp dan bermalam disitu, semakin lama semakin rame karena banyak para pemuda yang datang dan menghabiskan malam panjang mereka, entah hanya dengan petikan gitar atau bahkan ada yang camp seperti halnya kami. Malam itu cuaca bangus sekali langit bertabur bintang dan bulan sabit terbit begitu rendah seolah memayungi kami dari balik rimbunan cemara gunung yang kadang berdesir ketika di terpa angin lembah wuzzzz….wuzzz…. .
Kami bercerita, dan seperti biasa rutinitas di alam terbuka,kami mempersiapkan makan malam, ngobrol panjang dengan di temani berderet hit nya para sahabatku ini ( ketularan ikut suka juga akhirnya ) karena aku itu paling jagoan molor jadi aku memilih meringkuk di dalam tenda sementara andy dan franz masih asyik membahas cerita panjang john petruzi dkk dalam legend nya mereka hingga kini. Hingga akhirnya kami memejamkan mata dan beristirahat.
Acara Masak Memasak


Keesokan harinya, matahari sudah meninggi dan terasa begitu terik, dan kamipun bangun menikmati pemandangan yang sebelumnya hanya Nampak biru kegelapan dengan hiasan lampu kota, kini kami melihat sempurna, sungguh pemandangan yang elok dari atas ketinggian. Kami masih bersantai ria karena selepas dhuhur kami akan melanjutkan ke camp ke dua di pramosan.
Pramosan adalah satu perkampungan terpencil yang ada di dataran tinggi ungaran yang di huni hanya beberapa kepala keluarga secara turun temurun  dengan aktivitas utama adalah pemetik daunteh. Di kawasan ini terdapat berhektar-hektar kebun the dan kopi yang menjadi kegiatan sehari-hari warga pramosan, dan ada sebuah situs purbakala yang sudah hancur yaitu sebuah bangunan candid an pemandian selain candi gedong songo.dan disini pula akhirnya dejavu aku terbukti dimana di tempat ini dan bersama kedua sahabatku ini.

penampakan puncak dari camp pramosan
damai bersama dua sahabat baik ku
Tidak hanya situs purbakala yang ada di pramosan tetapi keberadaan gua jepang juga menarik untuk dikunjungi, terletak diantara barisan kebun the, terdapat gue yang panjang. Juga keunikan adat masyarakat desa ini, mereka hanya menyalakan listrik dikala malam hari saja dengan tenaga diesel, jika siang hari lampu padam.
dibelakang sana gua jepang

Nah ….kami memulai perjalanan menuju camp ini sekitar pukul dua siang, ini yang menjadi alasan franz dan andy kalo masih pagi debu tebal dan bikin cepet haus karena jalurnya menanjak walapun bisa di tempuh dengan kisaran waktu 3-4 jam sangat amat santai ( perjalanan ala kita yuah …..soalnya banyak ngasonya )
Kami memulai perjalanan dan di balap para pendaki lain yang lebih gesit dan langkahnya panjang-panjang, kami Cuma cengengesan sambil nyuri-nyuri angin buat menambah oksigen yang masuk ke pembuluh otak ( hihihi aslinya mah kecapean tapi ga mo ngaku ) dan setelah melewati punggungan kami beristirahat di bak penampung air, konon jaman entah kapan ( ini menurut franz ) dulu adalah aliran sungai tetapi seiring kemajuan jaman sungai ini raib dan berganti menjadi pipa air yang menjadi sumber air minum di desa di kaki gunung ini.
Sumber mata air yang dulunya adalah hulu sungai

Kami berjalan hingga menjelang magrib tetapi kami belum sampai di camp selanjutnya, hari mulai gelap karena hutan di gunung ini terbilang sangat lebat, sehingga suasana menjadi lebih gelap di banding dengan waktu yang sebenarnya, hingga pada akhirnya kami tiba di pertigaan yang mendekati jalur yang lebar dan berbatu, aku seneng karena dalam perjalanan tadi franz masih menceritakan nanti akan ada kolam renang yang airnya bening dan dingin banget, tetapi aku masih setengah percaya mana ada di tengah hutan belantara ada kolam renang,daaaan ……ketidakpercayaan kupatah, di depan mata terdapat kolam renang yang cukup besar 4 x 6 m. dan air nya jernih.kami beristirahat cukup lama sambil membalik kan badan melihat punggungan yang kami lewati tadi.

track yang teduh
Karena hari sudah mulai gelap, kami melanjutkan perjalanan yang kira2 masih  1,5 jam lagi kami menyusuri jalan batu dan berdebu, di kiri kanan kami adalah ladang kopi sebelum memasuki area kebun the, berselang satu jam perjalanan kami tiba di pertigaan menuju puncak ungaran dan tentunya kami memilih belok kanan dan camp di pramosan.
ladang kopi sebelum pertigaan pramosan
Rute Pramosan ( kebun teh Medini )

Malam itu kami tiba sekitar pukul delapan malam, terdengar ada beberapa suara riuh sudah camp terlebih dahulu, dan kamipun mendirikan tenda dan ikut bermalam menikmati udara pegunungan,sepi hanya ada langit bertabur bintang hamparan kebun the dan puncak ungaran yang gagah membuat suasana malam semakin sunyi karena rumah-rumah penduduk sudah mulai sepi dan lelap.

Pagi harinya kami melihat pemandangan dan berjalan2 disekitar tempat itu, Nampak terlihat gua jepang yang franz ceritakan serta kami berjalan ke reruntuhan candi  dan pemandian kuno untuk mengambil air dan mandi,melihat puncak yang nyaris sangat dekat dari camp yang hanya berjarak 200m ( vertical loh ya …J )  kami malah kami urung mendaki sampe puncak dan cukup berhahahihi di camp saja, coba nih temen ku satu ini malah asyik dengan narsis dengan gear nya

yang narsis bukan hanya kami :-)

ini yang bikin ogah summit mending ngopi

sebelum akhirnya kami berkemas dan kembali melewati rute yang sama.sore itu kami bergegas meninggalkan tempat itu dan kembali ke camp mawar yang niatnya kami akan pulang ke kota kami tapi ternyata kami keracunan sama kakak-kakak yang camp di mawar dan ngga jadi pulang.

Rabu, 06 Februari 2013

Pesona Pantai Pangandaran

sore itu kami baru memutuskan untuk menyambangi pantai selatan pulau jawa tepatnya pantai pangandaran, yang terletak di desa  pananjung kecamatan pangandaran kabupaten ciamis jawa barat tidak kalah dengan pantai selatan lainnya, pantai pangandaran ini mempunyai ombak yang cukup besar dan memiliki keistimewaan diantaranya  kita bisa  :  Dapat melihat terbit dan tenggelamnya matahari dari satu tempat yang sama, dengan melihat  Pantainya landai dengan air yang jernih serta jarak antara pasang dan surut relatif lama sehingga memungkinkan kita untuk berenang dengan aman.disana juga Terdapat pantai dengan hamparan pasir putih. Dan hal yang menarik buat kami adalah keberadaan Tempat pendaratan tentara Jepang semasa perang dunia II oleh karenanya di sana masih terdapat beberapa gua pertahanan bala tentara Jepang yang dulu dijadikan tempat-tempat persembunyian tentara Jepang yang berniat menyerang tentara Belanda.



Dan karena hal tersebut diatas kami ingin menikmati hawa yang berbeda di dataran rendah di pantai itu, kami memutuskan untuk berlibur disana menggunakan jalur darat dan model transportasi umum ( bus )
Tidak terlalu susah utuk mencapai kawasan itu, kami berangkat dengan meeting point kampong rambutan, sebuah terminal besar yang berada di Jakarta timur tepatnya kp. Rambutan kami memulai perjalana  ini dengan bus yang nyaman. Adapun bus yang kami tumpangi adalah bus jurusan Jakarta –banjar karena kami baru sekali ini mencoba, sebenernya bus yang bisa di pilih ada banyak diantaranya bus jurusan :
  1. Bus Jurusan Bandung - Tasikmalaya-Banjar - Pengandaran
  2. Jakarta Bus Jurusan Kp.Rambutan - Pangandaran
  3. Bus Yogyakarta - Cilacap - Kalipucang – Pangandaran
Atau jikaa tidak  ingin berlama2 di perjalanan bisa menggunakan alternative naik pesawat dan tentunya sudah keluar jalur backpacker alias mahal hehehehe
*       Jalur Udara Menggunakan Pesawat Susi Air
  1. Bandung Bandara Husen Sastranegara - Pangandaran Bandara Nusawiru
  2. Jakarta Bandara Halim Perdanakusuma - Pangandaran Bandara Nusawiru
Sesampainya di pangandaran, kami turun di terminal kecil yang menjadi tempat terakhir sebelum kami memasuki kawasan pantai , tidak terlalu jauh dari terminal tersebut, sekitar 30 menit dengan berjalan kaki atau naik becak 15 menit, kami tiba di perkampungan yang terdapat penginapan dari berbagai pilihan. Penginapan  rata –rata mulai dari 100-700 permalam saat musim liburan tiba.



Setelah kami mendapatkan penginapan yang sesuai dengan budget yang kami punya, kami berisitirat sejenak sebelum kami memulai explorasi di kawasan pantai. Pantai pangandaran ini cukup rame pengunjung dan terbilang pantai nya panjang, seperti halnya pantai lain di sekitar pantai ini banyak sekali pedagang khas pesisir dari oleh2 hingga pakaian semuanya ada, kami menyisir pantai dengan berjalan kaki di hari pertama dan menikmati gulungan ombak yang hari itu menjelang sunset, dan menunggu senja datang.

Keesokan harinya kami kembali menyusuri pantai menggunakan motor besar yang di sewakan sepanjang jalan dengan tariff  75-100 ribu kami bisa mengelilingi pantai ini dengan mudah dan tidak capek , dan setelah sewa nya habis kami kembalikan kepada penyewa dan kami beralih menaiki perahu sewaan untuk mengunjungi pantai pasir putih dan gue jepang, tidak dibutuhkan waktu lama untuk menuju lokasi tersebut, dengan ongkos 10 ribu perorang atau sewa kapal dengan tariff 150  sekali perjalanan kami bisa menepi di pantai pasir putih dan jalan-jalan di pulau.

Terdapat situs bersejarah peninggalan penjajah jepang, di pulau ini ada beberapa gua yang sengaja dibuat di tepi pantai. Di kawasan semenajung itu juga terdapat banyak sekali monyet dan satwa lainnya seperti burung. dan pesisir yang surut . juga jembatan yang menghubungkan daratan dan semenanjung pasir putih

dan masih banyak lagi tempat yang dikunjungi selain pantai ada air terjun,tetapi kami tidak sempat mampir karena terbatas nya waktu dan kami harus segera kembali ke jakarta di sore harinya.

end