Selasa, 02 Oktober 2012

Ceritaku ketinggian 3.371mdpl

I am coming- Yeah ini dua kata yang dasyat untuk mengawali tulisan ini, bagaimana tidak setelah kegalauan akan informasi yang menjadi sumber jika semua gunung di jawa di tutup lantaran ganasnya musim yang sudah tidak menentu seperti musim kemarau panjang tahun ini, aku mengawali perjalananku dari Jakarta seorang diri, dengan tujuan yang belum jelas antara M2M atau Triple S …yang jelas liat bagaimana situasi nanti tergantung temen disana.
Setibanya di temanggung subuh pukul 04.30 wib yang dingin sedingin ruangan AC di kantor aku ( jika di turn on ke suhu terendah ) pelan-pelan turun dari bus dengan kaos oblong dan celana pendek bbbrrr…..saltum dan adem rek. Aku singgah di kantor temenku yang ternyata disana sudah ada dua manusia yang aku ga tahu dari mana rimbanya yang lelap tidur yaitu bang falah dari bekasi dan bang zie dari bogor terbujur di ruang depan (belakangan tahu nama mereka setelah mereka bangun tidur dan kenalan )  . Sementara franz masih dengan muka bantal membuka pintu,  oh iya satu lagi manusia yang terbaring diruang server tyas gadis Balikpapan yang nyangkut di jogja demi menuntut ilmu  yang setibanya dari jogja 5 jam ( 00.01 wib )  terlebih dahulu dari kedatanganku.juga ada risca cewe manis dari probolinggo yang terdampar di temanggung yang juga akan mendaki bersama ( busyeet peserta pendakian AKAP –antar kota antar propinsi ) sementara andy dan franz sebagai tuan rumahnya.
Singkatnya kami akan memulai mendaki gunung sumbing setelah menunggu andy nyang empunya kantor , yang tiba2 saja di paksain jadi basecamp  tiba  dan satu temennya setelah mengajar pak guru kita  ( wadaaaau  sore kita baru memulai perjalanan I hate walking in the night ) sementara seorang kawan franz menunggu di rumahnya di desa kuadungan tritis, tempat dimana kita akan mengawali perjalanan yang berat ini.( berfikir memutar otak berarti aku tidak akan melewati jalur resmi cepit (2002) silam maupun garung ( 2008 ) yang pernah kulalui sebelumnya soo ….apa yang akan terjadi …?? )
Sumbing ya …sumbing yang perawakanannya gendut yang membentang luas dari kabupaten wonosobo temanggung dan magelang ini memang gunung type stratovolcano dengan ketinggian 3.371mdpl berada di koordinat 7.384° LS dan 110.070° BT yang menurut ku besar dan berat. jalur yang membentang luas terhampar sebagian gundul menjadi ladang penduduk. Dan artinya kita jalan panas2an dan tidak ada mata air selain di kawah dan itupun di kawasan puncak, berbeda dengan jalur garung kita masih akan menemui mata air di kawasan pos bosweisen ( jalur lama )  dan parset ( jalur baru ) jika ada yg tahu , itu juga harus turun lembah sekitar 100 kedalaman baru akan menemukan sumber air ( jika tidak kering ).
 Penampakan Sumbing dari jl raya Bulu -Parakan
 Day 1 Sabtu pukul 14.30
Kami berdelapan menggunakan sepeda motor, bisa dibayangkan betapa repotnya kami membawa alat jihat ini caril depan belakang dengan jalan menajak oh my darling ….sumpah bukan hal mudah di tambah enam buah  duren menggantung di pijakan.akhirnya  tiba di rumah kediaman  mas rendy yang sadari pagi sudah menunggu kedatangan kami ( katanya loh ya aku ga ngarang ) , kami isirahat sebentar dan makan sebelum kami memulai perjalanan ini sambil bercerita dan di kasih wejangan sama bapaknya mas rendy.
Kami mendaki melewati rute ini bukan tanpa sebab, jalur cepit dan jalur garung yang notabane di jadikan jalur utama pendakian di tutup karena habis kebakaran.
Pukul 17.40 kami memulai pendakian setelah menambah stok air dan memasukkan empat durian ke caril ku… beeeeuh semerbak wangi nya terbang dibawa angin menusuk hidung2 kami di sore itu.( dan yang pasti makin berat saja si kuning bawa beban nya )
Singakatnya kami melalui jalan batu selama dua jam hingga sampai di pintu rimba yang sudah mulai gelap, langkah berat kami dan cucuran keringat berbanding sejajar melewati tatanan batu rapi itu, di iringi bulan purnama yang mulai menampak kan diri  rendah di ujung timur seakan bulan turun mendekati bukit gersang yang kami lalui sungguh menjadi pemandangan yang menghibur serta menjadi senter alam yang terang  di sela-sela deru nafas kami yang terengah2 dengan beban kami masing2.
                                                                  Bulan di bukit tanahpati
 Pukul 20.00 Pintu rimba
Memang penyesalan datang belakangan, ketika kami masih di bawah melihat mobil pick up dan aku berangan ( knp tidak carter saja sampai pintu rimba kan lebih save energy dan waktu 2 jam tanpa harus menyusuri jalanan berdebu dan berbatu) , tapi tak perlu kami sesali karena setiap langkah yang kami hitung adalah semangat bagi kami untuk mencapai tujuan dan bersyukur kami masih ceria sepanjang perjalanan dua jam yang menjengkelkan buat aku sendiri. ( salah siapa naik gunung yah …)
Malam itu angin berdesis dan menerpa wajah-wajah kami seakan mengucapkan selamat datang kepada kami, kami beristirahat sebelum kami memasuki pintu rimba dan masih memperbincangkan titik api yang ada disisi jalur garung, memang benar gunung ini sedang sakit dan kobaran api terlihat semakin besar tertiup angin, kami tertegun memandangi sambil melihat posisi kami berada, sementara di seberang gunung sindoro juga ga mau kalah, lereng sebelah selatan juga terbakar api berkobar merambat ke atas membentuk lidah api , kami hanya bisa menyaksikan dengan komentar yang sederhana.  
Lets go … pemandangan yg mengkhawatirkan kami tutup berbarengan,perlahan sambari kami memasuki rimba, jalur mulai terjal dan semak2 serta pohon akasia yang rimbun membentang mengharuskan kami mengibas-kibaskan tangan agar muka kami aman dari goresan ranting maupun rumput liar itu. Rasanya perjalanan kami semakin berat dan terjal di tambah jalur ini bukan jalur normal, membuat suasana mencekam, aku percaya bahwa mas rendy akan bantu kami melewati semua ini,dalam hati kecilku ku berguman “ bisa melewati ini pun sudah lebih dari cukup aku ga memikirkan rupanya puncak seperti apa sekarang “
Kami berjalan 3 jam masih berkutat dengan pohon akasia yang rimbun hingga berpindah vegetasi menjadi hutan petai china ( bukan pohon petai cina hanya mirip dengan batang yang kecil2 namun rapat ) kami melalui dan terus terjal di tambah rumput ilalang yang tumbuh di sekelilingnya ( jalur apaan ini yah sangat berbeda dengan jalur garung maupun cepit yang memang jelas ). Tapi kami yakin kami tidak tersesat hanya belum pernah membayangkan apalagi melewati jalur seperti ini .
Hingga akhirnya kami menemukan satu titik kebahagiaan dalam hening nya malam, kami tiba di medan terbuka dan tanah datar , disitu kami melihat lembaran  seng yang sudah lepas dari tempatnya, kalo bisa di diskripsikan ini adalah pos yang sudah hancur, yang berada di sekitar pohon cantigi  dan pohon-pohon  lainnya. alhamdulillah puji syukur kami bisa mengakhiri perjalanan malam ini dan bisa bernafas lega, mengumpulkan energy dan rencana besuk untuk summit attack meskipun kami tau posisi kami masih jauh sekali dengan puncak, hanya pandangan kami yang tertipu bahwa batu kecoklatan itu Nampak dekat yang kami yakini itu adalah dinding puncak.
Pukul 23.00  Camp Randy
Kunamai camp ini camp randy karena memang tidak ada petunjuk maupun histrori nya tempat ini bernama apa dan bagaimana, yg kami tau kami lewat sini dan mas rendy yang bawa kami kemari, maka kami sebut camp randy untuk memberikan satu nama dimana kami menumpang bermalam,hamper saja kami sibuk harus nge-SAR sunto nya franz yang tiba2 lenyap dari pergelangan tangannya, dan untungnya falah menemukan dijalur sebelum kami putuskan SAR di esok harinya.
Kami bangun tenda di lokasi ini dan kami merapikah semua perlengkapan yang kami bawa dan makan sekedarnya, sebelum kami melepas lelah dan bermimpi dalam dekapan malam di hutan ini

                                                      Puncak tampak dari camp randy
Beranjak tidur sambil menyanyi dalam hati yang ku denger beberapa kali diulang sebelum mendaki liriknya begini :
this feeling inside me
finally found my life, i am finally free
no longer torn in two
i learned about my life by living through you
we'll meet again my friend someday soon
( ternyata gue paling suka satu bait ini dari DT)

Day 2 Minggu Pukul 06.00 
Malam itu terang bulan purnama, sehingga pantulan cahaya nya pun masuk ke dalam tenda seakan menerangi lelapnya kami bermalam, kami tidur dalam balutan sleeping bag masing-masing dan lelap bersama mimpi kami, ( kalo aku sih mimpi ngejar2 ayam hutan tau dah aneh aneh aja  ) entah kawan-kawanku yang jelas malam itu sahut-menyahut suara dengkur dari 3 tenda saling berganti.
Pukul 06.00 nampaknya franz, mas rendi dan paktu sudah bangun dan paduan suara sendok dan panci sudah beradu itu artinya mereka sudah mulai memasak dan menyambut pagi dengan kopi hangat dan the tarik, riuh dan rame camp kami satu persatu bangun dan sudah ada risca, zee dan falah yang sudah goring nugget, sosis dan ikan asin, semenara zee asyik aduk nasi. Akupun ga mau kalah kali ini demo masak mengawali aktifitas pagi itu, aku dibantu ndut tyas bikin sarapan ala bule roti keju bakar beeeuh ….dengan secangkir coklat panas kami sarapan dan di lanjut makan besar sebelum summit ke puncak pagi itu.
Start summit attack pukul 08.30
Setelah sarapan kami bergegas meninggalkan camp, dengan perbekalan minum dan coklat biscuit dan sebilah parang tumpul wakakaka ( kaga ada tajemnya pisan euy punya siapa sih ??  ) untuk membabat semak yang setinggi kami yang menghalangi jalur, camp di jaga sama franz yang baik hati rela tidak ke puncak menjaga harta karun kami yang sangat berharga di hutan ini, kami memulai menapaki jalur yang hamper tidak Nampak, kami hanya memandang puncak di depan dan kami harus mendaki, entah bagaimana caranya, kami menyisir satu punggungan dengan lambat, karena kami juga ga tau persis jalur nya.
Satu jam kami tebas2 ilalang setinggi kami dan hingga kami sampai di lereng yang terbakar, rasanya masih baru, tanah yang kami pijak masih mengeluarkan hawa panas dan ranting serta pohon yang terbakarpun rapuh menjadi arang …
 
 
   Ladang yang terbakar
Dengan feeling yang masih tajam dan pengetahuan membaca medan mas rendy masih ingat betul bagaimana menyiasati hal ini, bagaimana kita bergerak dan menetukan arah meski kami tidak membawa kompas maupun alat bantu lainnya, hanya berbekal nyali dan satu semangat yang terbungkus dalam diri masing2 kami putuskan pindah punggungan dan bergeser menyebrangi sungai kering, bekas aliran larva masa lampau, kami menyebrangi nya perlahan setelah melewati tanah abu yang bikin nafas tersengal2.

Paktu, m rendi,risca,tyas,andy,falah lepas dari jalur kebakaran ( sebelum menyebrang tebing & sungai )
Kembali kami mendaki bukit terjal menghitam, pijakan kami amblas satu mata kaki masuk ke dalam abu, rasanya lama sekali kami melewati ini padhal jika di lihat dengan mata seharusnya kami tak lebih dari satu jam menyisir bukit ini.dan selang 3 jam dari camp kami pun kami masih berada di punggungan kering hingga akhirnya kami menemukan jalur pertemuan dari jalur cepit yaitu watu kasur, dimana di lokasi ini ada batu besar dan lebar di sampingnya pohon cantigi dengan plang “batu kasur “  dan menemukan jalur yang benar.
 
 rute  ke kawah dari jalur cepit
Pukul 13.00 kami masih berada di sekitar watu kasur, kami masih berjalan menyusuri tanjakan terjal berbatu nan panas dan ngebosenin, ditambah stok air yang sudah tipis, siang itu terasa terik dan bercucuran keringat, hingga kami harus berhenti dan istirahat.
Kami saling menunggu dan menjaga langkah supaya tidak tertinggal jauh meski hari itu siang, kami tetap harus waspada karena kami sadar kami berada di punggungan yang terjal dan nyaris tak ada pelindung pohon, andai angin berhembus kencang dan kami tersapu sudah pasti mengelinding ke dasar jurang yang mengangga di sisi kanan maupun kiri. Dan kami bersyukur siang itu cuaca bersahabat hanya terik yang membakar kami hingga entah berapa butir peluh yang kami teteskan untuk menggapai puncak.

Pukul 14.00 kami mendekati puncak, kami terpisah setelah watu kasur, aku, andy dan falah asyik menaiki bukit yang terjal itu samberi sesekali terhenti di bawah pohon cantigi sekedar menghisap madu di daun yang menempel dan buah yang ungu manis, sementara andy jauh di depan mendekati puncak, kami tak sadar kalo ada jalur melipir ke kiri ke arah kawah selepas 30 menit dari watu kasur karena tiba2 kabut tebal melayang ke atas, mereka risca, tyas, paktu, m rendy dan zee asyik lenggang ke kawah, kami sahut2an dan kami terasa dekat, tetapi kami terhalang kabut tebal…hingga membutakan jarak pandang kami, hingga akhirnya sore itu pukul 15.00 kami di berkahi kembali terik, kawah dan puncak terlihat jelas, kami bertiga berada di puncak sementara mereka ber lima asyik berlarian di kawah segoro wedi hehehehe ……terpisaaaaah J

Kami berada di puncak menyaksikan kelima temanku disana
Dan mereka yang ada disana sedang asyik bermain dan berlari di segoro wedi yang berarti lautan pasir dan menuju ke kawah

Kawah dan makan ki ageng mangkukuhan
 
Kawah sumbing yang masih aktif
Cantiknya edelweis khas sumbing yang berwarna putih
Kami pertiga pun ga mau terpisah dari mereka dan dari puncak turun ke kawah segoro wedi dan berkumpul bersama dan berfoto bersama ala keluarga baru yang kami temukan, tapi aku masih memikirkan franz yang ada jauh di bawah sana menunggu harta kami, andai dia bisa ikut pasti kami lebih bahagia menggapai puncak bersama.
Foto keluarga bersama bola basket ( three on three beserta pelatihnya )
Setelah kami berkumpul dan merasa cukup singgah di kawah ini akhirnya kami putuskan untuk kembali ke camp karena sudah beranjak sore, pukul 16.00 dan bahaya sekali jika kami kemaleman di jalur sementara kami butuh waktu 2 jam perjalanan turun, dengan rute yang sudah jelas diatas tadi yang membingungkan di tambah tidak ada pencahayaan sama sekali apalah jadinya kita, sementara menuruni ladang yang terbakar juga tidak mudah, seserodotan dan pantat dan kaki berpanas2an dengan tanah yang masih panas sungguh hal yang aku rasakan paling sengsara, tapi ini sebuah perjalana yang setiap jengkalnya mempunyai arti dan perjuangan.
satu persatu kami turun dan kembali ke camp kami dan beristirahat, makan dan cuci mulut dengan durian sambil bercerita tentang kebakaran siang itu yang terlihat dari puncak, sebelum kami beranjak tidur dan keesokan harinya untuk kembali ke rumah masing2.
Day 3 Senin Pukul 08.30
Kami packing dan setelah sarapan sekedarnya dan menghabiskan logistic yang kami bawa dan ternyata memang tidak habis dan akhirnya di packing kembali, kami bergegas meninggalkan camp yang member arti bagi kami dan memberi kesempatan untuk bermalam akhirnya kami tinggalkan dan semoga isi isi durian nanti bisa tumbuh jika kami kembali suatu saat nanti ( ngarep berlebih ).
 

Franz yang baik hati menjaga camp kami
Dan siang kami tiba di rumah mas rendy kembali kami di jamu istimewa sebelum kami menuju kantor andy untuk siap2 ke kandang masing2, aku pulang ke Jakarta, tyas ke jogja, falah ke bekasi dan zee ke bogor, hanya tinggal franz,andy, risca, pak tu dan mas rendy yang kembali menikmati home sweet home mereka, kami berpencar dan sayonara sampe jumpa dilain waktu, tempat dan kesempatan.
The end ***